BML 3113
: SEJARAH BAHASA,KESUSASTERAAN DAN KEBUDAYAAN MELAYU
TAJUK
BIL
|
PERKARA
|
CATATAN
|
1.0
|
ABSTRAK
|
|
2.0
|
HUBUNGAN KEKERABATAN DENGAN BAHASA DAN KEBUDAYAAN
MELAYU.
|
|
3.0
|
HUBUNGAN MASYARAKAT ( Masyarakat nan “Sakato”)
|
|
4.0
|
HUBUNGAN AHSIAH DAN KEPERIBADIAN.
|
|
5.0
|
KESIMPULAN
|
|
6.0
|
RUJUKAN
|
|
1.0 ABSTRAK
Keturunan
Minangkabau antara etnik di dunia yang terkenal dengan adatnya. Secara peribadi
saya dapati, adat sangat penting dalam kehidupan masyarakat Minang. Oleh karena
itu dalam petatah Minangkabau diungkapkan, hiduik dikanduang adat. Secara
warisan, ada empat tingkatan adat di Minangkabau.
1.1 Adat Nan Sabana Adat
1.1.1 Adat nan sabana adat adalah kenyataan yang
berlaku tetap di alam, tidak pernah berubah oleh keadaan tempat dan waktu.
Kenyataan itu mengandung nilai-nilai, norma, dan hukum. Di dalam ungkapan
Minangkabau dinyatakan sebagai adat nan indak lakang dek paneh, indak lapuak
dek hujan, diasak indak layua, dibubuik indak mati; atau adat babuhua mati.
1.2 Adat nan sabana adat bersumber dari alam.
Pada hakikatnya, adat ini ialah kelaziman yang terjadi dengan kehendak Allah.
Oleh karena itu, adat Minangkabau tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Hal
itu melahirkan konsep dasar pelaksanaan adat dalam kehidupan masyarakat
Minangkabau, yakni adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah dan syarak
mangato, adat mamakai. Dari konsep itu lahir pulalah falsafah dasar orang
Minangkabau yakni alam takambang jadi guru.
1.3 Adat nan sabana adat menempati kedudukan
tertinggi dari empat jenis adat di Minangkabau. Ia berfungsi sebagai landasan
utama dari norma, hukum, dan aturan-aturan masyarakat Minangkabau. Semua hukum
adat, ketentuan adat, norma kemasyarakatan, dan peraturan-peraturan yang
berlaku di Minangkabau bersumber dari adat nan sabana adat.
1.2 Adat Nan Diadatkan
1.2.1 Adat nan diadatkan adalah adat buatan yang
direncanakan, dirancang, dan disusun oleh nenek moyang orang Minangkabau untuk
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Aturan yang berupa adat nan diadatkan
disampaikan dalam petatah dan petitih, mamangan, pantun, dan ungkapan bahasa
yang berkias.
1.2.2 Orang Minangkabau mempercayai dua orang
tokoh sebagai perancang, perencana, dan penyusun adat nan diadatkan, yaitu
Datuak Parpatiah Nan Sabatang dan Datuak Katumangguangan. Inti dari adat nan
diadatkan yang dirancang Datuak Parpatiah Nan Sabatang ialah demokrasi,
berdaulat kepada rakyat, dan mengutamakan musyawarah untuk mufakat. Sedangkan
adat yang disusun Datuak Katumangguangan intinya melaksanakan pemerintahan yang
berdaulat ke atas, otokrasi namun tidak sewenang-wenang.
1.2.3 Kedua konsep adat itu dilihat secera asasnya
adalah berlawanan. Namun dalam pelaksanaannya kedua konsep itu bertemu,
membaur, dan saling mengisi. Gabungan keduanya melahirkan demokrasi yang khas
di Minangkabau. Diungkapkan dalam ajaran Minangkabau adalah sebagai berikut:
Bajanjang
naiak, batanggo turun.
Naiak dari janjang nan di bawah, turun dari tanggo nan di ateh.
Titiak dari langik, tabasuik dari bumi.
Naiak dari janjang nan di bawah, turun dari tanggo nan di ateh.
Titiak dari langik, tabasuik dari bumi.
Penggabungan
kedua sistem ini ibarat hubungan legislatif dan eksekutif di sistem
pemerintahan saat ini.
1.3 Adat Nan Taradat
1.3.1 Adat nan taradat adalah ketentuan adat yang
disusun di nagari untuk melaksanakan adat nan sabana adat dan adat nan
diadatkan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan nagarinya. Adat ini disusun oleh
para tokoh dan pemuka masyarakat nagari melalui musyawarah dan mufakat.
1.3.2 Dari pengertian itu lahirlah istilah adat
salingkuang nagari. Adat nan taradat disebut juga adat babuhua sentak, artinya
dapat diperbaiki, diubah, dan diganti. Fungsi utamanya sebagai peraturan
pelaksanaan dari adat Minangkabau. Contoh penerapannya antara lain dalam
upacara batagak pangulu, turun mandi, sunat rasul, dan perkawinan.
1.4 Adat Istiadat
1.4.1 Adat istiadat merupakan aturan adat yang
dibuat dengan mufakat niniak mamak dalam suatu nagari. Peraturan ini menampung
segala kemauan anak nagari yang sesuai menurut alua jo patuik, patuik jo
mungkin. Aspirasi yang disalurkan ke dalam adat istiadat ialah aspirasi yang
sesuai dengan adat jo limbago, manuruik barih jo balabeh, manuruik ukuran cupak
jo gantang, manuruik alua jo patuik.
1.4.2 Ada dua proses terbentuknya adat istiadat. Pertama,
berdasarkan usul dari anak nagari, anak kemenakan, dan masyarakat setempat.
Kedua, berdasarkan fenomena atau gejala yang tumbuh dan berkembang di dalam
masyarakat. Ini diungkapkan dalam seperti:
Tumbuah bak
padi digaro, tumbuah bak bijo disiang.
Elok dipakai, buruak dibuang.
Elok dipakai jo mufakat, buruak dibuang jo rundiangan.
Elok dipakai, buruak dibuang.
Elok dipakai jo mufakat, buruak dibuang jo rundiangan.
Adat istiadat
umumnya berbentuk kesenangan atau hobi melibatkan seperti kesenian dan riadah.
2.0 HUBUNGAN
KEKERABATAN DENGAN BAHASA DAN KEBUDAYAAN MELAYU.
2.1 UNSUR NILAI MURNI DALAM PERLAKSANAAN ADAT
MINANGKABAU.
2.1.1 Nilai nilai dasar yang universal adalah
masalah hidup yang menentukan orientasi nilai budaya suatu masyarakat, yang
terdiri dari hakikat hidup, hakikat kerja, hakikat kehidupan manusia dalam
ruang waktu, hakikat hubungan manusia dengan alam, dan hakikat hubungan manusia
dengan manusia.
Sebuah nilai
adalah sebuah konsepsi , eksplisit atau implisit yang menjadi milik khusus
seorang atau ciri khusus suatu kesatuan sosial (masyarakat) menyangkut sesuatu
yang diingini bersama (karena berharga) yang mempengaruhi pemilihan sebagai
cara, alat dan tujuan sebuah tindakan.
2.2. HUBUNGAN BERKAITAN SUMBER PENDAPATAN.
2.2.1 makna hidup asas bagi orang Minangkabau
adalah berjasa kepada kerabat dan masyarakatnya, kerja merupakan kegiatan yang
sangat dihargai. Kerja merupakan suatu yang harus. Kerjalah yang dapat membuat
orang sanggup meninggalkan pusaka bagi anak keturunannya. Dengan hasil kerja
dapat dihindarkan “Hilang rano dek panyakik, hilang bangso indak
barameh”(hilang warna karena penyakit, hilang bangsa kerana tidak beremas).
Artinya harga diri seseorang akan hilang karena miskin, oleh sebab itu bekerja
keras salah satu cara untuk menghindarkannya.
2.2.2 Dengan
adanya kekayaan segala sesuatu dapat dilaksanakan sehingga tidak mendatangkan
rasa malu bagi dirinya atau keluarganya. Banyaknya seremonial adat itu seperti
perkawinan membutuhkan biaya. Dari itu usaha yang sungguh-sungguh dan kerja
keras sangat diutamakan. Orang Minangkabau disuruh untuk bekerja keras,
sebagaimana yang diungkapkan juga oleh risalah adat iaitu
Kayu hutan bukan andaleh Kayu hutan bukan andalas
Elok dibuek ka lamari Elok dibuat untuk lemari
Tahan hujan barani bapaneh Tahan hujan berani berpanas
Baitu urang mancari rasaki Begitu orang mencari rezeki
Elok dibuek ka lamari Elok dibuat untuk lemari
Tahan hujan barani bapaneh Tahan hujan berani berpanas
Baitu urang mancari rasaki Begitu orang mencari rezeki
2.2.3 Anak-anak
muda yang punya tanggungjawab di kampung disuruh merantau. Mereka pergi
merantau untuk mencari apa-apa yang mungkin dapat disumbangkan kepada kerabat
dikampung, baik materi maupun ilmu. Misi budaya ini telah menyebabkan orang
Minangkabau terkenal dirantau sebagai makhluk ekonomi yang elit..
2.2.4 Etika kerja keras yang sudah merupakan nilai
dasar bagi orang Minangkabau ditingkatkan lagi oleh pandangan ajaran Islam.
2.3 HUBUNGAN BERKAITAN TIKA HIDUP.
2.3.1 Tujuan hidup bagi orang Minangkabau adalah
untuk berbuat jasa. Kata pusaka orang Minangkabau mengatakan bahwa “hiduik
bajaso, mati bapusako”. Jadi orang Minangkabau memberikan arti dan harga yang
tinggi terhadap hidup. Untuk analogi terhadap alam, maka pribahasa yang
dikemukakan adalah :
Gajah mati maninggakan gadieng
Harimau mati maninggakan baling
Manusia mati maninggakan namo
Harimau mati maninggakan baling
Manusia mati maninggakan namo
2.3.2 Maka
dapat jelaskan bahawa orang Minangkabau itu hidupnya jangan seperti hidup hewan
yang tidak memikirkan generasi selanjutnya, dengan segala yang akan
ditinggalkan setelah mati. Oleh Kerena itu orang Minangkabau bekerja keras
untuk dapat meninggalkan sesuatu bagi anak dan masyarakatnya. Mempusakakan
bukan maksudnya hanya unsur material saja, tetapi juga nilai-nilai adatnya.
Oleh karena itu semasa hidup bukan hanya kuat mencari material tetapi juga kuat
menunjuk mengajari anak kemenakan sesuai dengan norma-norma adat yang berlaku.
Ungkapan adat juga mengatakan;
“Pulai batingkek naiek maninggakan rueh jo buku,
manusia batingkek turun maninggakan namo jo pusako”.
2.3.3 Kekayaan
material membolehkan segala sesuatu dapat dilaksanakan, sehingga tidak
mendatangkan rasa malu bagi dirinya ataupun keluarganya. Nilai hidup yang baik
dan tinggi telah menjadi pendorong bagi orang Minangkabau untuk selalu
berusaha, berprestasi, dinamik dan kreatif.
2.4 HUBUNGAN
BERKAITAN WAKTU DAN MASA
2.4.1 Bagi orang Minangkabau waktu berharga
merupakan pandangan hidup orang Minangkabau. Orang Minangkabau harus memikirkan
masa depannya dan apa yang akan ditinggalkannya serta bekal apa yang dibawa
sesudah mati. Mereka dinasihatkan untuk selalu menggunakan waktu untuk sesuatu
yang bermakna, sebagaimana dikatakan pepatah;
a. “Duduak marauik ranjau, tagak maninjau jarah”.
(Peredaran waktu, masa lalu, masa sekarang, dan yang akan datang merupakan
ruang waktu yang harus menjadi perhatian bagi orang Minangkabau)
b. Maliek contoh ka nan sudah. (Bila masa lalu tak
menggembirakan, maka individu terlibat akan berusaha memperbaikinya).
c. Duduk meraut ranjau, tegak meninjau jarah. (Ini
merupakan manifestasi untuk mengisi waktu dengan sebaik-baiknya pada masa
sekarang)
d. Membangkit batang terandam. (Ini merupakan refleksi dari masa lalu sebagai
pedoman untuk berbuat pada masa sekarang.)
e. Mengutamakan masa depan juga dapat dilihat dalam
adat risalah iaitu “bakulimek sabalun habih, sadiokan payuang sabalun hujan”.
2.5 HUBUNGAN BERKAITAN PENGHAYATAN DAN
PENGHARGAAN TERHADAP ALAM.
2.5.1 Alam Minangkabau yang indah,
bergunung-gunung, berlembah, berlaut dan berdanau, kaya dengan flora dan fauna
telah memberi inspirasi kepada masyarakatnya. Sememangnya adat , pepatah,
petitih, ungkapan-ungkapan adatnya tidak terlepas daripada unsur penghayatan
alam.
2.5.2 Alam mempunyai kedudukan dan pengaruh
penting dalam adat Minangkabau, ternyata dari fatwa adat sendiri yang
menyatakan bahwa alam hendaklah dijadikan elemen pemerhatian sebagai mendidik
diri.
2.5.3 'Adat nan sabana adat" adalah bermaksud
budaya yang tidak lapuk kerana hujan dan tak lekang kerana panas biasanya
disebut cupak usali, yaitu ketentuan-ketentuan alam atau hukum alam, atau
kebenarannya yang datang dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu adat
Minangkabau falsafahnya berdasarkan kepada ketentuan-ketentuan dalam alam.
2.6 HUBUNGAN TERHADAP SESAMA INSAN.
2.6.1 Dalam hidup bermasyarakat, orang Minangkabau
menjunjung tinggi nilai saksama. Nilai ini menyatakan mereka dengan ungkapan
“Duduak samo randah, tagak samo tinggi”.
2.6.1 Masyarakat Minangkabau sangat menjunjung
tinggi majlis musyawarah dan mufakat. Hasil mufakat merupakan organisasi yang
tertinggi.
2.6.2 Kekuasaan yang tertinggi menurut orang
Minangkabau bersifat abstrak, yaitu nan bana (kebenaran). Kebenaran itu harus
dicari melalui musyawarah yang dibimbing oleh alur, patut dan mungkin.
Penggunaan akal sehat diperlukan oleh orang Minangkabau dan sangat menilai
tinggi manusia yang menggunakan akal.
2.6.3 Nilai-nilai
yang dibawa Islam mengutamakan akal bagi orang muslim, dan Islam melengkapi
penggunaan akal dengan bimbingan iman. Dengan sumber nilai yang bersifat
manusiawi disempurnakan dengan nilai yang diturunkan dalam wahyu menyempurnakan
lagi kehidupan bermasyarakat orang Minangkabau.
2.6.4 Menurut adat, pandangan terhadap diri
peribadi seseorang terhadap yang lainnya hendaklah sama walaupun seseorang itu
mempunyai fungsi dan peranan yang saling berbeza.
“Nan buto pahambuih lasuang, nan pakak palapeh badie, nan
lumpuah paunyi rumah, nan kuek pambaok baban, nan binguang kadisuruah-suruah,
nan cadiak lawan barundiang”.
2.6.5 Ini
bermaksud hanya fungsi dan peranan seseorang itu berbeda dengan yang lain,
tetapi sebagai manusia setiap orang itu hendaklah dihargai kerana semuanya
saling memerlukan. Elemen ini diujarkan lagi dengan kata :
a. nan tuo
dihormati,
b. samo
gadang baok bakawan,
c. nan
ketek disayangi”.
2.6.6 Kedatangan
agama Islam di ranah Minang membuat konsep pandangan terhadap sesama lebih
dipertegas lagi. Nilai etika yang dijunjung tinggi oleh orang Minangkabau
mendorong mereka untuk mempunyai harga diri yang tinggi. Nilai kolektif yang
didasarkan pada struktur sosial yang menekankan tanggungjawab yang luas seperti
dari kaum sampai kemasyarakatan, menyebabkan seseorang merasa malu kalau tidak
berhasil menyumbangkan sesuatu kepada kerabat dan masyarakatnya. Interaksi
antara harga diri dan tuntutan sosial ini telah menyebabkan orang Minangkabau
untuk selalu bersifat dinamis.
3.0 ELEMEN
MENGEKALKAN KEAMANAN.
3.1 TUJUAN
KEAMANAN
3.1.1 konsep-konsep
hidup dan kehidupan itu,kita juga dapat memastikan tujuan hidup yang ingin
dicapai oleh nenek-moyang kita. Berikut adalah tujuan hidup orang Minangkabau:
Bumi Sanang Padi Manjadi
Taranak Bakambang biak
3.1.2 Rumusan
menurut adat Minang ini, menjelaskan masyarakat yang aman damai makmur ceria
dan berkah,seperti diidamkan oleh ajaran Islam yang menekankan suatu masyarakat
yang aman damai dan selalu dalam naungan ampunan Tuhan.
3.1.2 Kerukunan
dan kedamaian dalam lingkungan kekerabatan, barulah mungkin diupayakan
kehidupan yang lebih makmur.
3.2 HUBUNGAN
MASYARAKAT ( Masyarakat nan “Sakato”)
3.2.1 Menurut
ketentuan adat Minang, tujuan itu akan dapat dicapai bila dapat disiapkan
prasarana dan sarana yang tepat. Kalau tujuan akan dicapai sudah jelas, yaitu
suatu masyarakat yang aman damai makmur dan berkah.
3.2.2 Maka
kini tinggal bagaimana cara yang perlu ditempuh untuk mencapai tujuan itu.
Kondisi yang bagaimana yang harus diciptakan. Masyarakat yang berkualitidapat
membentuk suatu masyarakat yang akan diandalkan sebagai sarana (wadah) yang
akan membawa kepada tujuan yang diidam-idamkan yaitu suatu masyarakat yang aman
damai makmur dan berkah. Corak masyarakat idaman menurut kaca mata adat Minang
adalah masyarakat nan “sakato”.
3.2.3 Terdapat
4 unsur yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat untuk dapat
membentuk masyarakat nan sakato. Sakato berertinya sekata-sependapat-semufakat.
3.2.4 Ungkapan
Saiyo Sakato menjelaskan bahawa
menghadapi suatu masalah atau pekerjaan, akan selalu terdapat perbezaan
pandangan dan pendirian antara orang satu dengan yang lain sesuai dengan yang
lain dengan pepatah; “kapalo samo hitam,
pikiran ba lain-lain”. Perbezaan pendapat semacam ini adalah sangat lumrah dan
sangat demokratis. Namun kalau dibiarkan berlanjut.
3.2.5 Adat Minang sangat menjunjung persatuan dan
kesatuan dalam masyarakat Minang. Orang Minang yakin tanpa persatuan dan
kesatuan itu akan menjauhkan mereka dari tujuan masyarakat yang ingin dicapai.
3.2.6 Mereka
memahami pula dalam hidup berkelompok dalam masyarakat akan selalu terdapat
sengketa. Adat Minang akan selalu mencoba memelihara komunikasi dan kemungkinan
berdialog. Orang Minang menganggap penyelesaian masalah diluar musyawarah
adalah buruk. Dalam mencapai kata sepakat kadangkala bukanlah hal yang mudah.
Karena itu memerlukan kesabaran dan ketabahan.
3.2.5 Ungkapan Sahino Samalu menjelaskan bahawa kehidupan kelompok sesuku sangat
erat. Hubungan individu sesama anggota kelompok kaum sangat dekat. Mereka
bagaikan suatu kesatuan. Jarak antara “kau dan aku” menjadi hampir tidak ada.
Istilah “awak” menggambarkan kedekatan ini. Kalau urusan yang rumit
diselesaikan dengan cara “awak samo awak”, semuanya akan menjadi mudah.
Kedekatan hubungan dalam kelompok suku ini, menjadikan harga diri individu
melebur menjadi satu menjadi harga diri kelompok suku. Kalau seseorang anggota
suku diremehkan dalam pergaulan, seluruh anggota suku merasa tersinggung.
Begitu juga bila suatu suku dipermalukan maka seluruh anggota suku itu akan
serentak membela nama baik sukunya.
3.2.6 Ungkapan
Anggo Tanggo adalah
menjelaskan lemen pergaulan yang tertib serta disiplin dalam masyarakat. Hal
ini berarti bahwa setiap anggota masyarakat dituntut untuk mematuhi aturan dan
undang-undang, serta mengindahkan pedoman dan petunjuk yang diberikan penguasa
adat. Dalam pergaulan hidup akan selalu ada kesalahan dan kekhilafan. Kesalahan
dan kekhilafan itu harus diselesaikan sesuai aturan agar ketertiban dan
ketenteraman.
3.2.7 Ungkapan Sapikua Sajinjiang melambangkan
elemen semua tugas menjadi tanggungjawab bersama. Sifat gotong royong menjadi
keharusan. Saling membantu dan menunjang merupakan kewajiban. Yang berat sama
dipikul yang ringan sama dijinjing. Kehidupan antara anggota kaum, bagaikan aur
dengan tebing, saling bantu membantu, saling dukung mendukung. Dengan
masyarakat nan sakato ini diharapkan akan dapat dicapai tujuan hidup dan
kehidupan orang Minang sesuai konsep yang diciptakan nenek moyang orang Minang.
Ini diungkapkan seperti:
Bumi Sanang
Padi Manjadi
Padi Masak Jaguang Maupiah
Padi Masak Jaguang Maupiah
Anak Buah
Sanang Santoso
Taranak Bakambang Biak
Bapak Kayo Mande Batuah
Mamak Disambah Urang Pulo.
Taranak Bakambang Biak
Bapak Kayo Mande Batuah
Mamak Disambah Urang Pulo.
4.0 HUBUNGAN AHSIAH DAN KEPERIBADIAN.
4.1 Salah satu tujuan adat pada umumnya, adat Minang pada
khususnya adalah membentuk individu yang berbudi luhur, manusia yang berbudaya,
manusia yang beradab. Manusia-manusia yang beradab itu diharapkan akan
melahirkan suatu masyarakat yang aman dan damai, sehingga memungkinkan suatu
kehidupan yang sejahtera dan bahagia, dunia dan akhirat. Untuk mencapai
masyarakat yang demikian, diperlukan manusia-manusia dengan sifat-sifat dan
watak tertentu. Sifat-sifat yang ideal itu menurut adat Minang antaranya
sebagai berikut :
4.2 Ungkapan
Hiduik Baraka, baukua jo bajangko membawa
pengertian; hidup berpikir, berukur dan berjangka. Kehidupan orang Minang
dituntut untuk selalu berfikir menggunakan akalnya. Berukur dan berjangka
artinya harus mempunyai rencana yang jelas dan perkiraan yang tepat. Kelebihan
manusia dari binatang adalah tiga alat vital yang mempunyai kekuatan besar bila
dipakai secara tepat dalam menjalankan hidupnya. Ketiga alat tersebut adalah
otak, otot dan hati.
4.2.1 Dengan
mempergunakan akal pikiran dengan baik, manusia antara lain akan selalu waspada
dalam hidup, seperti dalam pepatah berikut :
Dalam mulo akhia mambayang; ( Dalam awal akhir terbayang)
Dalam baiak kanalah buruak ; (Dalam baik ingatlah buruk)
Dalam galak tangieh kok tibo; (Dalam tawa tangis menghadang)
Hati gadang hutang kok tumbuah; (Hati riang hutang tumbuh.)
Dalam baiak kanalah buruak ; (Dalam baik ingatlah buruk)
Dalam galak tangieh kok tibo; (Dalam tawa tangis menghadang)
Hati gadang hutang kok tumbuah; (Hati riang hutang tumbuh.)
4.2.2 Dengan
berpikir jauh kedepan kita dapat meramalkan apa yang bakal terjadi, sehingga
tetap selalu waspada;
Alun rabah lah ka ujuang; (Belum rebah sudah keujung)
Alun pai lah babaliak; (Belum pergi sudah kembali)
Alun di bali lah bajua; (Belum dibeli sudah dijual)
Alun dimakan lah taraso; (Belum dimakan sudah terasa)
Alun pai lah babaliak; (Belum pergi sudah kembali)
Alun di bali lah bajua; (Belum dibeli sudah dijual)
Alun dimakan lah taraso; (Belum dimakan sudah terasa)
4.2.3 Did
alam merencanakan sesuatu pekerjaan, dipikirkan lebih dahulu sematang-matangnya
dan secermat-cermatnya.
Dihawai sahabih raso; (Diraba sehabis rasa)
Dikaruak sahabih gauang; (Dijarah sehabis lobang)
Dikaruak sahabih gauang; (Dijarah sehabis lobang)
4.2.4 Dalam
melaksanakan sesuatu pekerjaan, perlu dilakukan sesuai dengan urutan prosedur
yang sudah direncangkan, seperti kata pepatah :
Mangaji dari alif Mengaji dari alif
Babilang dari aso Berhitung dari satu
Babilang dari aso Berhitung dari satu
4.2.5 Dalam
melakukan sesuatu, haruslah mempunyai alasan yang masuk akal dan bisa dipertanggungjawabkan.
Mancancang balandasan Mencencang berlandasan
Malompek basitumpu Melompat bersitumpu
Malompek basitumpu Melompat bersitumpu
4.2.6 Dalam
melaksanakan suatu tugas bersama, atau dalam suatu organisasi kita tak mungkin
berjalan sendiri-sendiri. Salah satu kelemahan orang Minang adalah kebanyakan
mereka menderita penyakit “Excessive Individualisme“, penyakit susah diatur,
merasa lebih super dari orang lain..
4.2.7 Elemen
ini menjelaskan bagaimana cara yang harus ditempuh untuk mencapai cita-cita
itu. Nenek moyang kita ribuan tahun yang lalu sudah tahu apa yang ingin
dicapainya dalam hidup ini, dan sudah tahu pula cara apa yang harus ditempuh
untuk mencapai cita-cita itu. Hayati
pepatah berikut :
Nak kayo kuek mancari; (Ingin kaya, bekerja keraslah)
Nak tuah bertabur urai; (Ingin tuah, bertabur hartalah)
Nak mulie tapeki janji; (Ingin mulia, tepati janji)
Nak namo tinggakan jaso; (Ingin nama, berjasalah)
Nak pandai kuek baraja; (Ingin pandai, rajinlah belajar)
Nak tuah bertabur urai; (Ingin tuah, bertabur hartalah)
Nak mulie tapeki janji; (Ingin mulia, tepati janji)
Nak namo tinggakan jaso; (Ingin nama, berjasalah)
Nak pandai kuek baraja; (Ingin pandai, rajinlah belajar)
4.2.8 Orang
Minang yakin bahwa “perencanaan yang matang” adalah salah satu unsur yang
sangat penting untuk terlaksananya suatu pekerjaan. Pepatah berikut meyakini
kita akan kebenarannya :
a. Balabieh ancak-ancak Berlebihan berarti ria
Bakurang sio-sio Kalau kurang sia-sia
Bakurang sio-sio Kalau kurang sia-sia
b. Diagak mangko diagieh Dihitung dulu baru dibagi
Dibaliek mangko dibalah Dibalik dulu baru dibelah
Dibaliek mangko dibalah Dibalik dulu baru dibelah
c. Bayang-bayang sepanjang badan Bayang-bayang
sepanjang badan
d. (Beban jangan lebih dari kemampuan)
e. Nan babarieh nan dipahek Yang dibaris yang dipahat
Nan baukue nan dikabuang Yang diukur yang dipotong
Nan baukue nan dikabuang Yang diukur yang dipotong
f. Jalan nan luruih nan ditampuah Jalan lurus yang
ditempuh
Labuah pasa nan dituruik Jalan yang lazim yang dituruti
Labuah pasa nan dituruik Jalan yang lazim yang dituruti
g. Di garieh makanan pahat Digaris makanan pahat
Di aie lapehkan tubo Di air lepaskan racun
Di aie lapehkan tubo Di air lepaskan racun
h. Tantang sakik lakek ubek Ditempat yang sakit
diberi obat
Luruih manantang barieh adat Lurus menentang baris adat
Luruih manantang barieh adat Lurus menentang baris adat
4.3 Ungkapan Baso basi – malu jo sopan menjelaskan bahawa adat Minang mengutamakan sopan
santun dalam pergaulan. Budi pekerti yang tinggi menjadi salah satu ukuran
martabat seseorang. Etika menjadi salah satu sifat yang harus dimiliki oleh
setiap individu Minang. Adat Minang menyebutkan sebagai berikut :
Nan kuriak
iyolah kundi; Yang burik ialah
kundi
Nan merah iyolah sago; Yang merah ialah sega
Nan baiak iyolah budi; Yang baik ialah budi
Nan indah iyolah baso; Yang indah ialah basa (basi)
Kuek rumah dek sandi; Kuatnya rumah karena sendi
Rusak sandi rumah binaso; Rusak sendi rumah binasa
Kuek bangso karano budi; Kuatnya bangsa karena budi
Rusak budi bangso binaso; Rusak budi bangsa binasa
Nan merah iyolah sago; Yang merah ialah sega
Nan baiak iyolah budi; Yang baik ialah budi
Nan indah iyolah baso; Yang indah ialah basa (basi)
Kuek rumah dek sandi; Kuatnya rumah karena sendi
Rusak sandi rumah binaso; Rusak sendi rumah binasa
Kuek bangso karano budi; Kuatnya bangsa karena budi
Rusak budi bangso binaso; Rusak budi bangsa binasa
4.3.1 Adat Minang mengatur dengan jelas tata
kesopanan dalam pergaulan. Kita tinggal mengamalkannya. Pepatah menyebutkan
sebagai berikut:
Nan tuo
dihormati; Yang
tua dihormati
Nan ketek disayangi; Yang kecil disayangi
Samo gadang bawo bakawan; Sama besar bawa berkawan
Ibu jo bapak diutamakan; Ibu dan ayah diutamakan
Nan ketek disayangi; Yang kecil disayangi
Samo gadang bawo bakawan; Sama besar bawa berkawan
Ibu jo bapak diutamakan; Ibu dan ayah diutamakan
4.3..2 Budi pekerti adalah salah satu sifat yang
dinilai tinggi oleh adat Minang. Begitu pula rasa malu dan sopan santun,
termasuk sifat-sifat yang diwajibkan dipunyai oleh orang-orang Minang. Pepatah
Minang memperingatkan :
a. Dek
ribuik rabahlah padi
b. Di
cupak Datuak Tumangguang
c. Rarak
kaliki dek binalu
d. Tumbuah
sarumpun ditapi tabek
e. Hiduik
kok tak babudi
f. Duduak
tagak kamari cangguang
g. Kalau
habih raso jo malu
h. Bak
kayu lungga pangabek
i. Karena
ribut rebahlah padi
j. Di
cupak Datuk Tumenggung
k. Gugur
Keliki karena benalu
l. Tumbuh
serumpun di tepi tebat
m. Hidup
kalau tak berbudi
n. Duduk
berdiri serba canggung
o. Kalau
habis rasa dan malu
p.
Bagaikan kayu longgar pengikat.
4.3.3 Kehidupan
yang aman dan damai, menjadi idaman Adat Minang dengan menghindari kemungkinan timbulnya
perselisihan dalam pergaulan. Budi pekerti yang baik, sopan santun (basa basi)
dalam pergaulan sehari-hari diyakini akan menjauhkan kita dari kemungkinan
timbulnya sengketa. Budi perkerti yang baik akan selalu dikenang orang,
kendatipun sudah putih tulang di dalam tanah. Pepatah menyebutkan sebagai:
a. Pucuak
pauah sadang tajelo
b.
Panjuluak bungo linggundi
c. Nak
jauah silang sangketo
d.
Pahaluih baso jo basi
e. Pulau
pandan jauah ditangah
f.
Dibaliak pulau angso duo
g. Hancua
badan di kanduang tanah
h. Budi
baiak takana juo
i. Nak
urang koto ilalang
j. Nak
lalu ka pakan baso
k. Malu jo
sopan kok lah ilang
l.
Habihlah raso jo pareso
m. Pucuk
pauh sedang terjela
n.
Penjuluk bunga linggundi
o. Supaya
jauh silang sengketa
p.
Perhalus basa basi (budi pekerti)
q. Pulau
pandan jauh di tengah
r. Dibalik
pulau angsa dua
s. Hancur
badan dikandung tanah
t. Budi
baik terkenang juga
u. Anak
orang koto Hilalang
v. Mau
lewat ke pekan Baso
w. Malu
dan sopan kalau sudah hilang
x.
Habislah rasa dan periksa
4.4 Ungkapan Tenggang raso menjelaskan bahawa perasaan manusia halus dan sangat
peka. Tersinggung sedikit dia akan terluka
dan pedih. Pergaulan yang baik, adalah pergaulan yang dapat menjaga
perasaan orang lain. Tenggang raso salah satu sifat yang dianjurkan adat.
Pepatah memperingatkan sebagai berikut :
a. Bajalan
paliharo kaki
b. Bakato
paliharo lidah
c. Kaki
tataruang inai padahannyo
d. Lidah
tataruang ameh padahannyo
e. Bajalan
salangkah madok suruik
f. Kato
sapatah dipikian
g.
Berjalan pelihara kaki
h. Berkata
pelihara lidah
i. Lidah
tertarung emas imbuhannya
j.
Berjalan selangkah, lihat kebelakang
k. Kata
sepatah dipikirkan
l. Nan
elok dek awak katuju dek urang
Lamak dek awak lamak dek urang
Sakik dek awak sakik dek urang
Lamak dek awak lamak dek urang
Sakik dek awak sakik dek urang
Bermaksud
Yang baik menurut kita, harus juga disukai orang lain
Yang enak menurut kita, harus juga enak menurut orang
Kalau sakit bagi kita, sakit pula bagi orang
Yang enak menurut kita, harus juga enak menurut orang
Kalau sakit bagi kita, sakit pula bagi orang
4.5 Ungkapan
Setia menjelaskan maksud bahawa teguh
hati, merasa senasib dan menyatu dalam lingkungan kekerabatan. Sifat ini menjadi
sumber dari lahirnya sifat setia kawan, cinta kampung halaman, cinta tanah air,
dan cinta bangsa. Dari sini pula berawal sikap saling membantu, saling membela
dan saling berkorban untuk sesama. Pepatah menyebutkan sbb:
a.
Malompek samo patah
b. Manyarunduak
samo bungkuak
c.
Tatungkuik samo makan tanah
d.
Tatalantang samo minun aia
e.
Tarandam samo basah
f. Rasok
aia pulang ka aia
g. Rasok
minyak pulang ka minyak
h.
Melompat sama patah
i.
Menyerunduk sama bungkuk
j.
Tertelungkup sama makan tanah
k. Tertelantang
sama minun air
l.
Terendam sama basah
m. Resapan
air kembali ke air
n. Resapan
minyak kembali ke minyak
4.5.1 Bila terjadi suatu konflik, dan orang Minang
terpaksa harus memilih, maka orang Minang akan memihak pada dunsanaknya. Dalam
kondisi semacam ini, orang Minang sama fanatiknya dengan orang Inggris. Right
or wrong is my country. Kendatipun orang Minang “barajo ka nan bana”, dalam
situasi harus memihak seperti ini, orang Minang akan melepaskan prinsip.
Pepatah adat mengajarkan dengan ungkapan :
· Adat badunsanak, dunsanak patahankan.
· Adat
bakampuang, kampuang patahankan.
· Adat
banagari, nagari patahankan.
· Adat
babangso, bangso patahankan.
Yang bermakna :
· Adat
bersaudara, saudara dipertahankan
· Adat
berkampung, kampung dipertahankan
· Adat
bernegeri, negeri dipertahankan
· Adat
berbangsa, bangsa dipertahankan
· Parang
ba suku samo dilipek
· Parang
samun samo dihadapi
Juga membawa pengertian;
· Perang
antar suku sama disimpan
· Perang
terhadap penjahat sama dihadapi
4.6 Elemen Adil.
4.6.1 Adil maksudnya mengambil langkah sikap yang
tidak berat sebelah, dan berpegang teguh pada kebenaran. Bersikap adil semacam
ini, sangat sulit dilaksanakan bila berhadapan dengan keluarga sendiri. Satu
dan lain hal karena adanya pepatah adat yang lain yang berbunyi “Adat dunsanak,
dunsanak dipatahankan”. Adat Minang menyebutnya seperti:
Maukua samo
panjang.
Tibo dimato indak dipiciangkan.
Tibo diparuik indak dikampihkan.
Tibo didado indak dibusuangkan.
Tibo dimato indak dipiciangkan.
Tibo diparuik indak dikampihkan.
Tibo didado indak dibusuangkan.
a. Mandapek
samo balabo.
b.
Kahilangan samo marugi.
c. Maukua
samo panjang.
d.
Mambilai samo laweh.
e.
Baragiah samo banyak.
f. Bakati
samo barek.
g. Gadang
kayu gadang bahannyo.
h. Kecil
kayu kecil bahannya (andilnya)
i. Nan
ado samo dimakan.
j. Nan
indak samo dicari.
k. Hati
gajah samo dilapah.
l. Hati
tungau samo dicacah.
m. Gadang
agiah baumpuak.
n. Ketek
agiah bacacah.
(Kata-kata
“dimata,diperut, didada dalam hal ini artinya bila masalah itu berkaitan
keluarga kita sendiri).
4.7 Elemen
berjimat cermat melibatkan malhluk ciptaan Illahi. Maka pepatah adat menyebutkannya sebagai:
4.7.1 berkaitan
manusia
a. Nan
buto pahambuih saluang
b. Nan
pakak palapeh badia
c. Nan
patah pangajuik ayam
d. Nan
lumpuah paunyi rumah
e. Nan
binguang kadisuruah-suruah
f. Nan
buruak palawan karajo
g. Nan
kuek paangkuik baban
h. Nan
tinggi jadi panjuluak
i. Nan
randah panyaruduak
j. Nan
pandai tampek batanyo
k. Nan
cadiak bakeh baiyo
l. Nan
kayo tampek batenggang
m. Nan
rancak palawan dunia
4.7.2 Berkaitan elemen pengunaan tanah:
a. Nan
lereng tanami padi
b. Nan
tunggang tanami bambu
c. Nan
gurun jadikan parak
d. Nan
bancah jadikan sawah
e. Nan
padek ka parumahan
f. Nan
munggu jadikan pandam
g. Nan
gauang ka tabek ikan
h. Nan
padang tampek gubalo
i. Nan
lacah kubangan kabau
j. Nan
rawan ranangan itiak
4.7.3 berkaitan
elemen pengunaan kayu
a. Nan
kuek ka tunggak tuo
b. Nan
luruih ka rasuak paran
c. Nan
lantiak ka bubungan
d. Nan
bungkuak ka tangkai bajak
e. Nan
ketek ka tangkai sapu
f. Nan
satampok ka papan tuai
g.
Rantiangnyo ka pasak suntiang
Abunyo
pamupuak padi
4.8 Elemen sentiasa berwaspada menjelaskan bahawa sifat yang dianjurkan adat
Minang seperti berikut:
· Maminteh sabalun anyuik .
Malantai sabalun lapuak .
Ingek-ingek sabalun kanai .
Malantai sabalun lapuak .
Ingek-ingek sabalun kanai .
· Sio-sio nagari alah .
Sio-sio utang tumbuah .
Sio-sio utang tumbuah .
· Siang dicaliak-caliak .
Malam didanga-danga .
Malam didanga-danga .
4.9 Elemen
berani kerana benar menjelaskan
kesimambungan Islam mengajarkan kita untuk mengamalkan “‘amar ma’ruf, nahi
munkar” yang artinya menganjurkan orang supaya berbuat baik, dan mencegah
orang berbuat kemungkaran.
4.9.1 Menyuruh orang berbuat baik adalah mudah.
Tapi melarang orang berbuat mungkar, adalah berisiko tinggi kerana untuk
bertindak menghadang kemungkaran memerlukan keberanian.
4.9.2 Adat Minang dengan tegas menyatakan bahawa
orang Minang harus punya keberanian untuk menegakkan kebenaran. Berani karena
benar. Pepatahnya adalah seperti:
Kok dianjak
urang pasupadan Kalau dipindahkan orang pematang
Kok dialiah
urang kato pusako .
Kok dirubah
urang Kato Daulu
Jan cameh nyawo
malayang
Jan takuik
darah taserak
Asakan lai
dalam kabanaran
Basilang tombak
dalam parang
Sabalun aja bapantang mati
Sabalun aja bapantang mati
Baribu sabab
mananti
Namun mati
hanyo sakali
Aso hilang duo
tabilang
Bapantang suruik di jalan
Bapantang suruik di jalan
Asa lai
angok-angok ikan
Asa lai
jiwo-jiwo sipatuang
Namun nan bana
disabuik juo
Sekali kato rang lalu
Sekali kato rang lalu
Anggap angin
lalu sajo
Duo kali kato
rang lalu
Anggap garah
samo gadang
Tigo kali kato
rang lalu
Jan takuik
darah taserak
4.10 Elemen
arif bijaksano, tanggap dan sabar menjelaskan bahawa orang yang arif
bijaksana, adalah orang yang dapat memahami pandangan orang lain. Dapat
mengerti apa yang tersurat dan yang tersirat. Tanggap bermakna mampu menangkis
setiap bahaya yang bakal datang. Sabar bermakna mampu menerima segala cobaan
dengan dada yang lapang dan mampu mencarikan jalan keluar dengan pikiran yang
jernih. Ketiga sifat ini termasuk yang dinilai tinggi dalam adat Minang,
seperti kata pepatah berikut :
Tahu dikilek
baliuang nan ka kaki .
Kilek camin nan ka muka .
Kilek camin nan ka muka .
Tahu jo gabak
diulu tando ka ujan
Cewang di
langik tando ka paneh
Ingek di
rantiang ka mancucuak
Tahu didahan ka
maimpok
Tahu diunak
kamanyangkuik
Pandai maminteh
sabalun anyuik
4.10.1 Adat Minang menggambarkan orang-orang yang arif
bijaksana dan tanggap terhadap masalah yang akan dihadapi. Orang-orang yang sabar
diibaratkan oleh pepatah sebagai:
Gunuang biaso
timbunan kabuik
Lurah biaso
timbunan aia
Lakuak biaso
timbunan sarok
Lauik biaso
timbunan ombak
Nan hitam tahan tapo
Nan putiah tahan sasah
Di sasah
bahabih aia
Dikikih bahabih
basi
4.11 Elemen rajin menjelaskan sifat yang lain
yang perlu diamalkan oleh orang Minang. Menurut adat, rajin diperjelaskan
seperti kata pepatah berikut ini :
Kok duduak
marawuik ranjau
Tagak maninjau jarah
Tagak maninjau jarah
Nak kayo kuek
mancari)
Nak pandai kuek baraja
Nak pandai kuek baraja
4.12 Elemen merendah hati (diri) menjelaskan
bahawa keadah hidup perantau. Adat Minang memberi pedoman ini sebagai:
Kok manyauak di
hilie-hilie .
Kok mangecek
dibawah-bawah
Tibo dikandang
kambiang mangembek
Tibo dikandang
kabau manguak
Dimano langik
dijunjuang
Disinan bumi dipijak
Disitu rantiang
di patah
4.12.1 Ini
bererti sebagai perantau yang hidup dalam lingkungan budaya lain, maka kita
sebagai kelompok yang minoritas harus tahu diri dan pandai menempatkan diri.
Baris pertama di atas tidak bererti kita harus merasa rendah diri, tetapi
memahami bahawa kita orang yang tahu diri sebagai pendatang.
4.12.2 Bila
dalam beberapa saat kita bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan, malah bisa
jadi orang teladan dan tokoh masyarakat dilingkungan baru. Pada saat itu dia
tidak perlu lagi “manyauak di hilie-hilie” malah mungkin menjadi “disauakkan
dihulu-hulu”, didahulukan selangkah, ditinggikan seranting, diangkat menjadi
pemimpin bagaikan penghulu dilingkungannya.
5.0 KESIMPULAN:
5.1
Bahasa itu dilahirkan oleh sesuatu masyarakat penggunanya dan pengguna bahasa
itu membawa bahasanya ke mana pun ia pergi. Dua pandangan yang dikemukakan.
Pandangan yang pertama menyatakan bahawa bangsa Melayu berasal dari utara (Asia
Tengah) dan pandangan yang kedua menyatakan bahawa bangsa Melayu memang sudah
sedia ada di Kepulauan Melayu atau Nusantara ini.
5.2 Melayu adalah nama suatu bangsa dan
bahasa terutama di Semenanjung Malaysia yang
membahagikan pengertian Melayu kepada dua makna iaitu pertama, orang
Melayu adalah bumiputera di sekitar Semenanjung Tanah Melayu dan Sumatera.
Makna kedua pula orang Melayu adalah penduduk asal kepulauan Melayu, Farmosa,
Filipina dan beberapa puak yang mendiami wilayah Indo-China. Bangsa Melayu
adalah satu keluarga bangsa yang mempunyai satu keluarga bahasa yang sama;
bentuk fizikal tubuh badan yang hampir sama, berkulit sawo matang, rambut
halus, mempunyai ketinggian sederhana; dan penduduk asli di satu kawasan yang
sangat besar .
6.0 RUJUKAN
Amat Juhari
Moain. 1996. Perancangan Bahasa: Sejarah Aksara Jawi. Kuala Lumpur:
Dewan Bahasa
dan Pustaka.
Coedes, G.
1964. Sejarah Campa, dari Awal Sampai Tahun 1471. Dlm. Abdul Rahman
Al-Ahmadi.
1988. Alam Melayu: sejarah dan kebudayaan Campa. Kuala Lumpur:
Kementerian
Kebudayaan dan Pelancongan Malaysia.
Ismail Hussein.
1981. Sejarah Pertumbuhan Bahasa Kebangsaan Kita. Kuala Lumpur:
Dewan Bahasa
dan Pustaka.
Liang Liji.
1996. Hubungan Empayar Melaka-Dinasti Ming Abad ke-15. Bangi: Penerbit
Universiti
Kebangsaan Malaysia.
Nik Hassan
Shuhaimi bin Nik Abd. Rahman. 1998. Menyusuli Asal-Usul Orang Melayu:
dari Perspektif
Arkeologi Semenanjung Malaysia. Dlm. Nik Hassan Shuhaimi Nik
Abd Rahman,
Mohd bin Samsudin, dan Kamaruzaman Yusoff (Pyt.).1998. Sejarah
dan proses
pemantapan negara-bangsa. Prosiding Kongres Sejarah Malaysia
Kedua. Jilid
II. Kuala Lumpur: Persatuan Sejarah Malaysia: 641-658.
Othman Yatim
& Halim Nasir. 1990. Epigrafi Melayu. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
Sejarah Melayu
(Sulalatus Salatin). A. Samad Ahmad. 1979. Kuala Lumpur: Dewan
Bahasa dan
Pustaka.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan